Selasa, 11 Desember 2012

analisa garam beryodium



Analisa garam beryodium


Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan.

Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Depkes RI, 2000).

Garam yodium diharuskan dikonsumsi seluruh penduduk baik di daerah endemic maupun di daerah bukan endemic

Konsumsi garam yodium rata-rata per orang per hari 10 gr dan kebutuhan ion yodium sebesar 150-200 mikrogram per orang per hari bila konsmsi rata-rata
Batas maxsimal konsumsi ion yodium yang dapat di toleler oleh tubuh adalah 2.000 mikrogram per orang per hari.
Bila konsumsi rata-rata 25-60 ug seseorang sehari, akan terdapat kasus goiter, tetapi tidak banyak terlihat kasus cretinism.

Fungsi Garam Beryodium
Garam Beryodium berfungsi sebagai berikut :
- mencegah terjadinya penyakit gondok (GAKY)
- mencegah pertumbuhan kerdil (creatinisme)
- meningkatkan kecerdasan otak
- mencegah penurunan dini fungsi tubuh

Ciri-ciri Pemilihan Garam Yang Baik di Pasaran
- Berlabel mengandung yodium
- Berwarna putih bersih.
- Kering
- Kemasan baik / tertutup rapat.

Penyimpanan
Garam yodium perlu di simpan :
1) Di bejana atau wadah tertutup
2) Tidak kena cahaya
3) Tidak dekat dengan tempat lembab air, hal ini untuk menghindari penurunan kadar yodium dan meningkatkan kadar air, karena kadar yodium menurun bila terkena panas dan kadar air yang tinggal akan melekatkan yodium.
Cara mengetahui kadar yodium dalam garam
Untuk mengetahui kadar iodium dalam garam dapat dilakukan oleh pengetesan yang dapat dilakukan siapa saja dengan cara :
Dengan Yodida / Test Kit
Caranya:
1) Ambil 1 sendok teh garam, lalu tetesi dengan cairan yodida.
2) Tunggu beberapa menit sampai terjadi perubahan warna pada garam dari putih menjadi biru keunguan (pada garam beryodium).
3) Bandingkan dengan warna yang ada pada kit yang tertera pada kemasan.

Dengan parutan singkong.
Bila tidak tersedia test kit atau cairan yodida, maka ada cara yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi yaitu dengan parutan singkong.
Caranya :
1) Kupas singkong yang masih segar, kemudian parut dan peras tanpa air.
2) Tuang 1 sendok perasan singkong parut tanpa di tambah air ke dalam tempat yang bersih.
3) Tambahkan 4 – 6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
4) Tambahkan 2 sendok teh cuka, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. Bila timbul biru keunguan berarti garam tersebut mengandung yodium










ANALISA GARAM BERYODIUM

1.   TUJUAN
Untuk mengetahui kadar garam yang terdapat dalam sampel
2.   PRINSIP
Sejumlah garam beryodium ditentukan dengan metode iodometri.dan ditambahkan KOH dan asam phosfat.kelebihan garam beryodium akan dititrasi dengan natrium tio sulfat dengan amlum sebagai indikator
3.   ALAT DAN BAHAN
a.    Garam
b.    Akuadest
c.    Erlenmenyer
d.    Neraca analitik
e.     buret
f.     satng buret
g.     pemanas listrik
h.    Pipet volume
i.     KOH
j.     Asam phosfat
k.    Natrium tiosulfat
l.     amilum

4.   CARA KERJA
a)    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b)    Ditimbang garam 25 gr dan dilarutkan dalam akuadest sebanyak 125 ml.
c)   Ditambah H2so4  sebanyak 2 ml
d)   Ditambahkan dengan NaI 10 % sebanyak 10 ml.
e)    Dititrasi dengan Na2s2o3 sampai warna kuning muda
f)    ditambahkan dengan amylum 1 % sebanyak 2 ml
g)   titrasi kembali dengan Na2s2o3 sampai warna biru hilang
5.   RUMUS
KIO3 = volume titras x  0.1784 x N tiosulfat x  100       x 1000 mg
                Gr bahan                                      0.005          
          Ka = kadar air



Refrensi :
http://homelabmakassar.blogspot.com/2010_07_04_archive.html?zx=2977c11d13733ffe

Senin, 26 November 2012

angka peroksida



Angka Peroksida
 
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang  terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau
tengik



Refrensi

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf

Senin, 22 Oktober 2012

analisa cuka metode alkalimetri



PENENTUAN KADAR CUKA METODE ALKALIMETRI

Asidi-alkalimetri adalah teknik analisiskimiaberupatitrasiyang menyangkutasamdanbasaatau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksidijalankan dengantitrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dariburetsedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadiekivalen(telah tepat banyaknya untuk menghabiskanzatyang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan titrat berupa asam dan basaatau sebaliknya).
Pada saat ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi.
Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakanindikator asam-basa.
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila Ph lingkungannya berubah.
Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asamlemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-1200 C).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida.Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Penentuan Kadar Cuka
Cuka merupakan larutan yang dibuat dari fermentasi etanol
(CH3CH2OH), dimana etanol sebelumnya dihasilkan dari fermentasi gula.
Fermentasi etanol ini menghasilkan asam asetat (CH3COOH). Cuka yang ada
di pasaran ada bermacam-macam, masing-masing dibuat dari sumber gula
yang berbeda (misalnya beras, anggur, gandung atau apel). Kadar asam asetat
yang terdapat dalam cuka juga bermacam-macam, biasanya 4 sampai 6 %
untuk cuka makanan, bahkan bisa mencapai 18 % untuk acar cuka.
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka komersil merupakan salah
satu aplikasi titrasi asam basa yang sederhana dan mudah. Untuk menentukan
kadar asam cuka dapat digunakan larutan standar natrium hidroksida (NaOH)
dan indikator fenolftalein. Cuka yang akan di uji kadarnya harus diencerkan
terlebih dahulu sebelum dititrasi. Kemudian dititrasi dengan larutan natrium
hidroksida hingga timbul warna merah muda.
Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)


http://www.sidola.com/consumergoods/kategorien/06_Cuka-nbsp%7EDixi/dateien/cukamasak.jpg Asam cuka atau asam asetat (acetic acid) adalah senyawa kimia organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, selain dapat berfungsi juga sebagai pengawet bahan makanan. Asam cuka encer merupakan golongan asam lemah yang paling aman bagi tubuh. Selain dalam makanan, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air dalam rumah tangga.

Selain digunakan dalam industri makanan dan rumah tangga, asam asetat juga digunakan dalam industri produksi polimer dan berbagai macam serat dan kain, dan industri obat-obatan.

Asam asetat yang digunakan dalam industri makanan haruslah asam cuka makan. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.

sifat kimia asam cuka
asam cuka memiliki struktur kimia sebagai berikut:
CH3COOH
mempunyai nama lain etanoat, asam asetat, asam karboksilat atau asam organik lemah yang merupakan zat cair yang tidak berwarna dan berbau khas.
sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:
  • keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
  • sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.

  • reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap  banyak logam seperti besi, magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat.

Sumber pustaka: